Topik perseteruan yang terus-menerus antara orang percaya dan tak percaya sudah dan akan senantiasa menjadi alasan dan relevansi bagi, dan iman terhadap, Allah.
Di antara agama-agama, pun, ada argumen yang terus-menerus dan polemik filosofis dan teologis seputar nuansa Kuasa. Kecuali itu, iman Kristen, gereja dan denominasi-denominasinya, terbagi dalam banyak bab kepercayaan dalam hal-hal kecil yang membedakan segala hal yang mungkin benar seputar Allah dan iman dan, oleh sebab itu, dibendung untuk konflik.
Dengan ini, ada rasa awal dari ketidakpedulian dan aftertaste kompetisi pada segala hal ketuhanan.
Tapi apa yang diusulkan oleh Calvin di atas membikin situasi sulit itu tak terbantahkan – ketidakpedulian dan kompetisi akan menjadi tenang; retort bisa dipertimbangkan, melainkan akan didiskon.
IRREFUTABILITAS PERCAYA DI DALAM ALLAH
Kesaksian Roh, sebagaimana dibacakan lewat Alkitab, diperdebatkan, lebih tinggi dari logika manusia – Kuasa mungkin tak ‘dibeberkan’; Kuasa, pada kenyataannya, sudah mengecam bahwa segala hal kepercayaan mesti diamankan dengan iman, dan cuma dengan iman.
Kuasa mungkin tak diketahui selain dengan metode kepercayaan yang disengaja – kondisi menentukan keloyalan hati dan pikiran, dalam hal ini tak ada bukti kongkret untuk mensupport keputusan. Itu mungkin iman.
Pria dan wanita yang berakal sehat akan menganggap keputusan untuk beriman itu edan; oleh sebab itu, kita perlu mengingat bahwa Allah ini sudah mengungkapkan diri terhadap orang percaya dengan metode-metode yang paling relevan dan tidak terbantahkan. Tak ada yang percaya pada sesuatu yang tak benar atau tak relevan bagi mereka, secara pribadi.
Apabila kita bisa menganggap bahwa kepercayaan terhadap Kuasa tak bisa ditentang – mengingat mayoritas manusia benar-benar percaya – karenanya kita mungkin menemukan ujian untuk keyakinan yang benar.
KEBENARAN ADALAH ALLY SAHABAT TUHAN
Salah satu metode terbaik untuk menantang siapa bahkan mengenai iman Kuasa mereka atau penolakan mereka kepada Kuasa atau iman, ialah dengan ujian kebenaran yang agung.
Sungguh, orang yang disebut teman Allah sudah belajar untuk mencintai kebenaran; kepercayaan mereka, oleh sebab itu, ditentukan oleh kebenaran dalam metode pemahaman dan penerimaan kehidupan yang hadir. Dan menyeimbangkan cinta akan kebenaran seperti itu ialah rahmat yang meredam kerasnya kebenaran yang seringkali dikenalkan dengan metode-metode tanpa cinta.
Ini mungkin bukan kebetulan, orang yang tak percaya terhadap Kuasa, dan menolak iman, tak mengharapkan komponen dari kebenaran yang rupanya dengan rahmat seperti itu – mereka umumnya menendang melawan tikaman kehidupan, menghilangkan rasa keadilan natural dalam hidup sebagai tak adil. Mereka menyalahkan orang lain atas kekeliruan mereka sendiri dan dikala orang lain bersalah, mereka mendapati hal-hal seperti itu tak termaafkan dan dendam ditanggung. Ini ialah karakter orang yang belum dilahirkan kembali.
Eksistensi Allah, dan iman terhadap Allah, tak bisa ditentang dalam hal ini: kesaksian Roh lebih tinggi ketimbang akal.
Dan seandainya itu tak cukup, coba ini: telah. Ya, dengan fakta bahwa kita mempunyai kehidupan dengna bermain judi di situs www.maha168.com/id/ dan hal-hal, keinginan, dan cinta, menuntut kita mempunyai Penyedia; fakta bahwa kita memerlukan iman untuk menangani, dengan penuh percaya diri, segala harta ini. Penyedia – Kuasa – sudah merekayasa kehidupan untuk memerlukan iman.